Pekan Asi
Sedunia
Pentingnya Air Susu Ibu (ASI)
bagi perkembangan generasi bangsa harus menjadi atensi bagi semua pihak. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengkampanyekan manfaat ASI
melalui Pekan ASI Sedunia. Dunia Internasional memperingati Pekan ASI Sedunia atau World Breastfeeding Week setiap awal
pekan di bulan Agustus yaitu pada tanggal 1 – 7 Agustus.
Para ahli
menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI
saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan
pemberian ASI ekslusif serta lamanya pemberian ASI bersama dengan makanan padat
setelah bayi berumur 6 bulan.
Kemudian,
atas dasar hal tersebut WHO-UNICEF membuat deklarasi yang dikenal dengan
Deklarasi Innocenti (Innocenti
Declaration) yang dibuat di Florence, Italia pada tahun 1990. Dalam deklarasi
tersebut disepakati bahwa setiap awal pekan Agustus (tanggal 1-7 Agustus)
dijadikan sebagai Pekan ASI Sedunia (World
Breastfeeding Week). Tujuannya adalah untuk mendukung ibu menyusui dan
mengingatkan masyarakat di seluruh dunia tentang betapa pentingnya Air Susu Ibu
(ASI) bagi bayi.
Pada 2002,
WHO dan UNICEF mencanangkan strategi Global Peningkatan Pemberian Makan
Bayi dan Anak yang meliputi:
1.
Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) segera setelah lahir dalam satu jam pertama, dilanjutkan dengan
rawat gabung.
2. Hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sejak lahir sampai
bayi berumur 6 bulan.
3. Memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) mulai
umur 6 bulan.
4.
Menyusui
dilanjutkan sampai anak berumur 24 bulan atau lebih.
Regulasi di Indonesia mengenai
ASI Eksklusif telah diterbitkan sejak 1 Maret 2012 yakni PP No. 33 Tahun 2012
tentang pemberian ASI secara Eksklusif. Berdasarkan PP tersebut, setiap ibu
yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya,
kecuali ada indikasi medis, ibu tidak ada atau ibu terpisah dari bayi.
Diharapkan dengan adanya PP tersebut, pemberian ASI Eksklusif bisa sukses dan
semua pihak terkait mematuhi aturan yang ada pada PP, baik untuk ibu yang
bekerja maupun kantor/instansi pemerintah, mall, stasiun, dsb harus mematuhi
peraturan ini dengan menyediakan fasilitas bagi ibu untuk menyusui bayinya (tersedianya
ruangan pojok ASI).
Pemberian ASI sedini mungkin segera setelah bayi lahir
merupakan stimulasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian
melalui ASI yang cukup, nutrisi dan energi yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh
dan berkembang dapat tercukupi pula. Sehingga, jika pertumbuhannya baik berarti
tinggi badan dan berat badannya akan bertambah (Behrman, Kliegman dan Arvin
2000). Bayi yang tidak diberi ASI kemungkinan kurang gizi lebih besar, tetapi
kemungkinan obesitas juga lebih besar karena kenaikan berat badan berlebihan.
Selain itu ASI sarat dengan zat kekebalan yang akan memproteksi neonatus dan
bayi selama masa pertumbuhan dan perkembangannya. Kolostrum mengandung zat
kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (matur). Zat kekebalan dalam
ASI akan melindungi bayi dari diare, menurunkan terserang penyakit telinga,
batuk, pilek dan penyakit alergi. Bayi dengan ASI eksklusif ternyata akan lebih
sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan
ASI eksklusif (Utami, 2005).
Patel & Gedam (2013)
mengemukakan tidak menyusui berhubungan dengan kehilangan nilai ekonomi sekitar
$ 304 milyar setiap tahunnya atau sebesar 0-49% dari Pendapatan Nasional Bruto.
Berdasarkan data Profil Anak Indonesia 2018, Selama
periode 1990-2015 data tahun 2015 menunjukkan kematian balita di Indonesia
yaitu 26 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Maryunani (2012)
mengatakan faktor-faktor yang menghambat penggunaan ASI eksklusif antara lain;
kurangnya pengetahuan ibu terhadap keunggulan ASI dan fisiologi laktasi,
kurangnya persiapan fisik dan mental ibu, kurangnya dukungan keluarga,
kurangnya dukungan dari fasilitas pelayanan kesehatan, kurangnya fasilitas yang
mendukung laktasi di tempat kerja dan kurangnya dukungan lingkungan.
Direktur Jenderal Kesehatan
Masyarakat Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan salah satu
penyebab masih rendahnya capaian ASI eksklusif di Indonesia dipicu oleh
pemahaman tenaga kesehatan yang kurang tentang pentingnya Inisiasi Menyusui
Dini (IMD). Ada sekitar 48,2 % ibu di Indonesia yang tidak melakukan IMD sesaat
setelah persalinan.
Padahal, ASI Eksklusif memiliki
kontribusi yang besar terhadap tumbuh kembang dan daya tahan tubuh anak. Anak
yang diberi ASI Eksklusif akan tumbuh dan berkembang secara optimal dan tidak
mudah sakit. Hal tersebut sesuai dengan kajian fakta global The Lancet Breastfeeding Series, 2016
yang membuktikan:
1.
Menyusui secara eksklusif akan
menurunkan angka kematian karena infeksi sebanyak 88% pada bayi berusia kurang
dari 3 bulan.
2.
Sebanyak 31,36 persen (82%) dari 37,49
persen, anak sakit karena tidak menerima ASI Eksklusif. Investasi dalam
pencegahan BBLR, stunting serta meningkatkan IMD dan ASI Eksklusif
berkontribusi dalam menurunkan risiko obesitas dan penyakit kronis.
Ilustrasi empat pilar yang disampaikan oleh Nia, Ketua
AIMI perlu kita wujudkan sehingga indeks pembangunan manusia Indonesia
mengalami peningkatan pada tahun-tahun berikutnya. Adapun, empat pilar ini
yakni peraturan dan legislasi, komitmen program pemerintah, pemahaman tenaga
kesehatan, serta dukungan masyarakat dan keluarga.
Mahasiswa yang dalam hal ini adalah generasi penerima
tongkat estafet kepemimpinan bangsa, secara tidak langsung dituntut untuk bisa
berpikir kritis dan melakukan aksi nyata dalam menyikapi permasalahan yang ada.
Sejatinya, hari-hari penting bukanlah ceremonial semata melainkan sebuah
peluang nyata bagi para mahasiswa. Sebuah tantangan bukan bagaimana solusi
bekerja tetapi bagaimana pola pikir kita menciptakan solusi tersebut.
Nida Salma
M.
Staff Divisi
Penelitian & Pengembangan
ISMKMI
Wilayah 3
Referensi
Behrman, E. R., Kliegman, R., &
Arvin, A. M. (2000). Ilmu kesehatan anak.
Volume 1. Edisi 15 (Prof. DR. dr. A. Samik Wahab, SpA(K)., dkk. Penerjemah).
Jakarta: EGC.
Maryunani, Anik.
(2012). Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif Dan Manajemen Laktasi. Jakarta :
CV. Trans Info Media.
Patel &
Gedam (2013). Effect Back Massage On Lactation Among Postnatal Mother. India.
Roesli, Utami (2005). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus
Agriwijaya.
Pekan ASI Sedunia, (online),(http://promkes.kemkes.go.id/pekan-asi-sedunia
19 Juli 19. diakses 25 Juli 2019)
Ririn Indriani dan Firsta Nodia. 2017. Capaian Pemberian ASI Eksklusif di
Indonesia Baru 54 Persen (on-line). https://www.suara.com/health/2017/08/04/031300/capaian-pemberian-asi-eksklusif-di-indonesia-baru-54-persen, diakses 29
Juli 2019.
Taylor, Gloria Safira. 2017. Pekan ASI
Sedunia, Momen Meningkatkan Kesadaran Menyusui (on-line). https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170801123138-255-231656/pekan-asi-sedunia-momen-meningkatkan-kesadaran-menyusui, diakses 29
Juli 2019.
2018. Pedoman Penyelenggaraan Pekan ASI Sedunia (PAS)
Tahun 2018, (online), http://dinkes.babelprov.go.id/sites/default/files/dokumen/bank_data/PEDOMAN%20PAS%202018.pdf, diakses 29
Juli 2019.
2018. Profil Anak Indonesia 2018, (online), https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/74d38-buku-pai-2018.pdf. diakses 30
Juli 2019.
Komentar
Posting Komentar