Indonesia masuk 10 Negara dengan Penderita TBC Terbanyak


Indonesia masuk 10 Negara dengan Penderita TBC Terbanyak
Oleh : Divisi Litbang ISMKMI Wilayah 3

Tubercolosis (TBC) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tubecolosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TBC diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemaun dan pengendalian penyakit TBC baru terjadi dalam dua abad terakhir. (Kemenkes RI, 2015)
            Kemajuan pengendalian TBC di dunia pada awalnya terkesan lambat. Pada 1882 Robert Koch berhasil mengindentifikasi Mycobacterium tubercolosis. Pada 1906 vaksin BCG berhasil ditemukan. Lama sesudah itu, pada 1906 vaksin BCG berhasil ditemukan. Lama sesduah itu, mulai ditemukan Obat Anti Tubercolosis (OAT). Pada 1943 Streptomisin ditetapkan sebagai anti TB pertama yang efektif. Setelah  itu ditemukan Thiacetazone dan Asam Para-aminosalisilat (PAS). Pada 1951 ditemukan Isoniazid (Isonicotinic Acid Hydrazide; INH), diikuti dengan penemuan Pirazinamid (1952), Cycloserine (1952), Ethionamide (1956), Rifampicin (1957), dan Ethambuto (1962). Namun kemajuan pengobatan TBC mendapat tantangan dengan bermunculannya strain M.tuberculosis yang resisten terhadap OAT. Epidermi HIV/AIDS yang terjadi sejak tahun 1980-an semakin memperberat kondisi epidemi TBC. Pada akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an mulai dilaporkan adanya resistensi terhadap OAT. (Kemenkes RI, 2015)

Gambar 1. 10 Negara dengan Penderita TBC Terbanyak 2015
      

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), jumlah kasus baru tuberkulosis (TBC) pada 2015 mencapai 10,4 juta jiwa meningkat dari sebelumnya hanya 9,6 juta. Adapun jumlah temuan TBC terbesar adalah di India sebanyak 2,8 kasus, diikuti Indonesia sebanyak 1,02 juta kasus dan Tiongkok sebanyak 918 ribu kasus. (databoks,2016)
Dalam laporan yang bertajuk Global Tuberculosis Report 2016 itu, angka kematian akibat TBC di Indonesia mencapai 100 ribu jiwa dalam setahun ditambah 26 ribu penderita tuberkulosis yang terindikasi HIV positif. Sementara angka kematian dunia yang diakibatkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis ini mencapai 1,4 juta jiwa ditambah 390 ribu jiwa penderita yang positif terkena HIV. Sedangkan prevalensi penderita TBC di Indonesia pada 2015 sebesar 395 per 100 ribu populasi dengan angka kematian sebesar 40 per 100 ribu populasi. (databoks,2016)
TBC menular lewat udara dan telah membunuh banyak orang. Untuk itu WHO akan mengurangi jumlah kasus baru sampao 80 persen mulai 2016 dan mengurangi kematian akibat TBC sampai 90 persen hingga 2030. (databoks,2016)

Gambar 2. Temuan TBC 2009 – 2015

Data diatas menjelaskan bahwa kasus TBC di Indonesia dari tahun 2009 selalu meningkat. Meski sempat mengalami beberapa penurunan akan tetapi kasus TBC masih tetap menjadi prioritas karena Indonesia masih menduduki kasus TBC terbanyak ke 2 di dunia. Ini yang mendasai penyakit tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia (databoks,2016).
Pada 2015, ditemukan pengidap tuberkulosis (TBC) sebanyak 330.910 kasus yang berarti meningkat 1,96 persen dari tahun sebelumnya, yakni sebanyak 324.539 kasus. Padahal dalam dua tahun sebelumnya mengalami penurunan. Indonesia merupakan negara dengan penderita TBC terbesar ketiga di dunia (databoks,2016).
Penyakit menular TBC masih menjadi penyakit yang menjadi perhatian global. Sebab, menurut laporan Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) 2015, masih terdapat 10,4 juta kasus TBC di dunia. Jumlah ini terdiri dari 5,9 juta (56 persen) laki-laki, 3,5 juta (34 persen) wanita, dan 1 juta (10 persen) anak-anak. (databoks,2016).
Dalam laporan tersebut, kematian yang diakibatkan oleh penyakit TBC diperkirakan mencapai 1,4 juta dan ditambah 0,4 juta kematian orang yang mengidap HIV yang juga terjangkit TBC. Meskipun jumlah kematian akibat TBC ini mengalami penurunan sebesar 22 persen sepanjang 2010-2015, tapi masih menjadi salah satu 10 penyebab kematian diseluruh dunia. Untuk memerangi penyakit berbahaya ini, pada 24 Maret ditetapkan sebagai hari TBC sedunia. (databoks,2016).

TBC diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan organ tubuh yang terkena.
1.        Tubercolosis paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk
pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2.        Tubercolosis ekstra paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain
Untuk terpapar penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: status sosial ekonomi, status gizi, umur jenis kelamin, dan faktor toksis.
1.        Faktor Sosial ekonomi
Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat bekrja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup layak dengan memenuhi syarat – syarat kesehatan.
2.        Status Gizi.
Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain – lain akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB-Paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa maupun pada anak – anak.
3.        Umur.
Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif (15-50) tahun. Dewasa ini dengan terjadinya transisi demografi menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis
seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk
penyakit TB Paru.
4.        Jenis Kelamin.
Penyakit TB-paru cenderung lebih tinggi pada jenis pada jenis kelamin laki –laki
dibandingkan perempuan. Menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat TB-paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB-Paru dibandingkaN dengan akibat proses kehamilan dan persalinan. Pada jenis kelamin laki – laki penyakit.(Hiswani, 2004)
            Gejala utama TBC Paru adalah Batuk berdahak selama dua minggu atau lebih, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik dan demam meriang lebih dari satu bulan.sedangkan gejala tambahan biasanya terjadi dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, malaise, nafsu makan menurun dan berat badan menurun.
            Cara penularan TBC diawali dengan sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar atahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
            Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk dalam penegakan diagnosis TBC, periksa spesimen dahak sangat penting dilakukan semua suspek TBC dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutaN berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
a.        S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
b.        Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
c.         S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
            TBC diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis pada TB Paru
1.        Tuberkulosis paru BTA positif
a.      Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b.      spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c.       spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
d.      1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
2.        Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria ndiagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
a.         Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
b.        Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
c.         Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
d.        Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
Menurut Hiswani peneliti Universitas Sumatera Utara tindakan pencegahan TBC adalah sebagai berikut
1.        Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
2.        Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan pnderita, kontak atau suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak, suspect, perawatan.
3.        Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
4.         BCG, vaksinasi diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunya dan keluarganya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
5.        Memberantas penyakit TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi dan pasteurisasi air susu sapi .

DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2016. Tubercolosis Temukan Obati sampai Sembuh. Jakarta : Pusat data informasi kementerian kesehatan RI.
Databoks. 2016. 10 Negara dengan Penderita TBC Terbanyak 2015. Indonesia : katadata
Databoks. 2016.Berapa Kasus TBC di Indonesia?. Indonesia : katadata
Hiswani. 2004. Tuberkolosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat. Sumatera : e-usurepository


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PREVALENSI MENINGKAT SETIAP TAHUNNYA, DIABETES MELITUS TIPE II MENJADI ANCAMAN SERIUS DUNIA

Polusi Suara, Bahayakah ?