Mosquito Lizard Game (Mozard-G) Sebagai Media Promosi dan Edukasi
Anak Guna Menekan Prevalensi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Mengenal Lebih Dekat Demam Berdarah Dengue
Demam Dengue (DD) atau Dengue Fever (DF) dan DBD atau Dengue Haemorhaege Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Akan tetapi, DBD atau Dengue Haemorhaege Fever (DHF) disertai manifestasi perdarahan dan cenderung menimbulkan shock hingga berakibat pada kematian. DBD termasuk ke dalam penyakit Infeksi Tropis (Tropic Infection) karena mudah sekali menular di daerah tropis (Misnadiarly, 2009). Virus Dengue sendiri merupakan bagian dari Famili Flaviviridae dan dapat diklasifikasikan dalam empat serotipe yaitu serotipe Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3 dan Dengue-4. Serotipe Dengue-3 merupakan serotipe yang paling sering menyebabkan kasus berat bahkan hingga menyebabkan kematian dibandingkan ketiga serotipe yang lain (Anggraini, 2017).
Secara umum, 2,5 sampai 3 miliar orang berisiko terserang penyakit DBD. Diperkirakan ada 50 sampai 100 juta kasus per tahun, 500.000 kasus menuntut perawatan di Rumah Sakit, dan 90 % menyerang anak dibawah 15 tahun, serta rerata angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) mencapai 5 %  (Muhlisin & Pratiwi, 2006). Saat ini upaya penyelenggaraan kesehatan di Indonesia masih belum menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Upaya penyelenggaraan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif dirasa masih kurang. Padahal Program Indonesia Sehat sejak Tahun 2010 telah difokuskan pada preventif, yaitu pencegahan penyakit. Angka prevalensi berbagai wabah penyakit yang masih tergolong tinggi menunjukan bahwa program preventif belum dilaksanakan dengan benar. Salah satu wabah penyakit yang belum dapat dicegah dengan maksimal adalah demam berdarah atau DBD (Winarsih, 2013).
Strategi preventif yang diupayakan untuk memberantas Demam Berdarah Dengue adalah dengan melaksanakan penyemprotan massal sebelum musim penularan penyakit di daerah endemis Demam Berdarah Dengue. Selain itu juga digalakkan penyuluhan pada masyarakat melalui berbagai media (Tairas, Kandou, & Posangi, 2015). Menurut Sugiyono dalam Rubandiyah & Nugroho (2018), Penyakit DBD dapat menyerang semua kelompok umur, namun sebagian besar korban DBD merupakan anak yang berusia di bawah 15 tahun. Siswa Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terkena DBD. Maka dari itu, diperlukan peningkatan pengetahuan dan sikap siswa terhadap upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Upaya yang selama ini dilakuakan untuk mengintervensi lingkungan siswa SD hanya dengan memberikan pelatihan kesehatan melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) (Rubandiyah & Nugroho, 2018).
Mozart-G Sebagai Media Promosi Kesehatan dan Edukasi pada Anak
Mosquito Lizard Game (Mozard-G) adalah media edukasi yang diadaptasi dari papan permainan ular tangga. Permainan ini dapat dijadikan media edukasi dengan menyisipkan beberapa teka-teki sekaligus infomasi dalam bentuk kartu. Terdapat dua kartu yang akan digunakan dalam permainan ini, yaitu kartu nyamuk dan kartu cicak. Sistem permainan hampir sama dengan ular tangga, dengan nyamuk sebagai pengganti ular dan cicak sebagai pengganti tangga. Dua kartu tersebut yaitu kartu nyamuk yang berisi mengenai teka-teki seputar karakteristik DBD yang mencakup cara penyebaran, karakteristik virus dan vektor, serta tanda dan gejala. Sedangkan kartu yang lain, yaitu kartu cicak berisi tentang teka-teki seputar cara pencegahan dan penanggulangan DBD.
Sejak dini, anak juga perlu mengenal upaya pencegahan DBD yang meliputi upaya pengendalian secara lingkungan, biologis, dan kimiawi. Upaya pengendalian lingkungan yang meliputi Program 3 M, mengganti air yang ada di vas bunga atau tempat minum di sarang burung, dan membersihkan saluran air yang tergenang. Upaya pengendalian secara biologis dengan memelihara ikan cupang dalam kolam atau menambahkan bakteri Bacillus thuringiensis (Bt H-14).  Sedangkan upaya pengendalian secara kimiawi dengan menaburkan Abate ke tempat penampungan air dan fogging atau pengasapan dengan malathion serta fenthion. Beberapa upaya tersebut dijadikan satu dalam program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M-Plus (Indrayani & Wahyudi, 2018). Karena berbagai informasi dapat diketahui dari permainan ini, oleh karena itu Mozart-G dapat dijadikan sebagai media promosi kesehatan sekaligus edukasi bagi anak terutama usia Sekolah Dasar (SD). Selain itu, melalui permainan ini anak dapat belajar sambil bermain sehingga tidak terasa membosankan untuk ukuran anak usia Sekolah Dasar. Sasaran yang dituju merupakan anak usia sekolah dasar karena mereka lebih rentan terkena DBD daripada kelompok usia yang lain.
Gambaran Permainan Mozart-G: Adaptasi dari Permainan Ular Tangga
Kedua pemain yang berperan menentukan urutan main dengan janken (batu, gunting, kertas).
Pemain yang memenangkan janken berhak mengocok dadu dan bermain terlebih dahulu.
Kemudian bergantian dengan pemain yang kedua.
Apabila salah satu dari kedua pemain menginjak gambar cicak pada papan, maka pemain lawan dapat mengambil kartu cicak dan memberikan teka-teki pada pemain yang menginjak gambar cicak. Bila pemain yang menginjak gambar cicak dapat menjawab teka-teki maka ia berhak naik ke nomor papan di bagian ekor cicak.
Apabila salah satu dari kedua pemain menginjak gambar nyamuk pada papan, maka pemain lawan dapat mengambil kartu nyamuk dan memberikan teka-teki pada pemain yang menginjak gambar nyamuk. Bila pemain yang menginjak gambar nyamuk dapat menjawab teka-teki maka ia dapat tetap berada di nomor papan tersebut. Apabila pemain yang menginjak gambar nyamuk tidak dapat menjawab maka ia harus kembali ke gambar dimana kaki nyamuk berada atau kembali ke garis start.
Permainan akan berlanjut demikian hingga salah satu pemain mencapai garis finish dan dinyatakan sebagai pemenang.
Berikut ini terdapat contoh papan permainan Mozard-G dan juga kartu Cicak serta Nyamuk yang akan diberikan lawan kepada pemain yang lain.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

PREVALENSI MENINGKAT SETIAP TAHUNNYA, DIABETES MELITUS TIPE II MENJADI ANCAMAN SERIUS DUNIA

Polusi Suara, Bahayakah ?

Indonesia masuk 10 Negara dengan Penderita TBC Terbanyak