ANAK LUAR BIASA DARI GENERASI MILLENIAL
ANAK LUAR BIASA DARI GENERASI
MILLENIAL
SURABAYA – Kami semua tahu bahwa Negara Indonesia
memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik dari bidang pertanian,
pertambangan maupun hasil lautnya. Terlepas dari kekayaan tersebut tentunya,
butuh orang hebat untuk bisa mengelolanya agar mendapatkan hasil yang baik dimasa
mendatang. Kami para pemuda dan anak-anak Indonesia merupakan masa depan dan
generasi penerus cita-cita bangsa, negara berkewajiban untuk memenuhi hak dan
kewajiban setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang,
berpartisipasi serta mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan dan
diskriminasi.
Hari Anak Nasional diperingati
setiap 23 Juli sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 1984 tanggal 19 Juli 1984 pada masa pemerintahan Pak Soeharto. Peringatan
Hari Anak Nasional bermula dari sebuah gagasan maju yang berkeinginan untuk
melihat anak Indonesia sebagai aset kemajuan bangsa yang sehat, cerdas, dan
aktif. Demi melindungi kami generasi muda, dibentuklah Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) dalam upaya untuk melakukan pengawasan dari pelanggaran hak
maupun mencegah tindak kekerasan yang terjadi pada anak. Disamping itu
Indonesia juga memperkuat perlindungan dalam peraturan perundang-undangan,
seperti Undang-Undang nomer 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
Kebutuhan dasar kami sebagai anak
juga harus selalu diperhatikan oleh negara mulai dari bidang kesehatan,
pendidikan, sosial, dan ekonomi. Penyebabnya karena kebutuhan kami antara mulai
dari bayi sampai remaja itu berbeda, belum lagi kami generasi millennial harus
hidup dalam berkembangnya ilmu dan teknologi. Kesehatan sekarang menjadi
prioritas negara kita, karena maraknya masalah yang terjadi diberbagai wilayah saat
ini. Masalah kesehatan yang ditimbulkan juga beragam, mulai masalah stunting, gizi buruk, diare, anemia, dan
lain-lain. Indonesia termasuk peringkat 17 dari 117 dalam tiga masalah, berikut
prevalensinya 37,2% stunting, 12,1% wasting, dan 11,9 overweight (Depkes, 2018).
Mahasiswa kesehatan masyarakat
seperti saya tentunya punya peran penting dalam bidang pendidikan maupun
kesehatan, misalkan melakukan serangkaian kegiatan promosi kesehatan tentang
GERMAS (Gerakan Masyarakat Sehat) atau mengadakan kegiatan pemberdayaan
masyarakat, untuk menambah pengetahuan dan kemandirian masyarakat akan
pentingnya menjaga kesehatannya. Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang wajar, yaitu sesuai standar fisik anak pada umumnya sehingga
ia mampu melakukan produktivitas dalam menjalani aktivitasnya. Peran orang tua
juga menjadi sangat penting ketika anak sedang masa tumbuh dan kembang,
kemajuan ilmu dan teknologi seperti sekarang sangat mempengaruhi pola asuh
anak.
Generasi millennial merupakan generasi
yang lahir diantara tahun 1980-2000an, dimana kami sangat dekat dengan apa yang
namanya teknologi. Kami bisa melakukan apa saja dengan teknologi, misalnya saja
kami bisa mengakses internet kapan dan dimana saja baik hal positif maupun
negatif. Tidak heran kami adalah generasi yang pintar sejak kecil berbeda
dengan generasi orang tua kami yang harus ke perpustakaan hanya untuk belajar
sesuatu. Sekarang kebutuhan kami tercukupi hanya dengan koneksi internet yang
ada di handphone kami, hampir sebagian
besar pemuda kecanduan dengan fitur-fitur seperti instagram, facebook, twitter,
yang membuat kami menjadi tidak produktif lagi, karena terlalu banyak membuang
waktu.
Berbeda dengan orang tua kami, mereka
lebih lama dalam mengingat suatu hal karena minat membaca yang jauh dengan kami
generasi millennial yang hanya biasa terpaku layar handphone. Dari segi pergaulan kami pun juga berbeda, orang tua
kami terbiasa menyapa orang secara langsung, sedangkan kami hanya dari layar hp
yang jelas itu hanya emosi sesaat. Interaksi sosial kami generasi millennial
hanya sebatas didunia maya, sampai terkadang kita akrab disana, belum tentu
dekat didunia nyata. Kejadian bullying
maupun kekerasan disosial media membuat rusaknya mental anak di Indonesia,
karena dibandingkan fisik ucapan yang mengenai hati justru yang akan
menghancurkan masa depan seseorang.
Fenomena hari ini yang sangat fenomenal adalah remaja berusia 13 tahun
bernama Prabowo Mondardo yang dibully
oleh semua kalangan di Indonesia. Awalnya Bowo pengguna aplikasi tik tok ini
terlihat biasa saja, namun ketika dia mengadakan jumpa fans berbayar inilah
yang membuat semua orang, tidak habis pikir dikarenakan penampilannya sangat
berbeda dengan yang ada di videonya. Hal yang bisa kita kritisi adalah bukan
kepada anak tersebut, tetapi perlakuan masyarakat kepada dia yang terlalu
berlebihan. Menurut saya pribadi tidak seharusnya dia harus dicaci maki atas
perbuatannya, cukup dinasehati dan dibimbing karena namanya anak muda masih
butuh arahan dari orang tua. Anak sejatinya hanya butuh pengakuan sehingga
mereka mungkin ingin dikenal banyak orang, tetapi caranya saja yang salah.
Masa depan anak tersebut masih panjang, mem-bully bukanlah menjadi solusi melainkan malah membunuh mental anak
tersebut. Seorang anak perlu adanya dukungan sosial agar bisa hidup dengan
baik. Bayangkan jika kasus itu terbawa sampai ia dewasa, akan menjadi trauma
yang mendalam, karena kita tidak bisa menyamakan emosi seseorang satu dengan
lainnya karena pasti berbeda. Dalam berperilaku anak cenderung meniru dari
orang yang dekat dengannya, maka dari itu keluarga menjadi tempat pembentukan
karakter pertama bagi seorang anak. Proses komunikasi saat bergaul juga
penting, manusia itu diciptakan sebagai makhluk sosial yang butuh bantuan dari
orang lain.
Komunikasi kesehatan adalah usaha sistematis untuk mempengaruhi secara
positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan
metode komunikasi yang akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Anak
sekarang cenderung menyimpan semua masalah sendiri, jarang mereka mau
membaginya dengan orang lain. Dampaknya tingkat depresi dikalangan remaja cukup
tinggi, yang bisa berakibat fatal seperti putusnya hubungan emosi dengan orang
tua bahkan bisa sampai bunuh diri. Belum lagi tayangan televisi yang tidak
mendidik banyak adegan kekerasan maupun percintaan yang tidak pantas untuk
dilihat anak dibawah umur. Celaka bagi orang tua yang memberikan kebebasan
anaknya untuk melihat tv tanpa melakukan adanya pengawasan.
Kita semua tahu bahwa manusia lebih mudah memahami lewat gambar daripada
hanya tulisan, sehingga apabila yang anak tersebut lihat adegan berpacaran
mungkin ia nantinya akan meniru. Berilah tontonan anak yang mendidik supaya
bisa menambah ilmu pengetahuannya untuk menunjang prestasinya. Pendidikan agama
secara dini juga menjadi salah satu faktor yang bisa menjadikan anak, sebagai
generasi yang sehat, cerdas, dan aktif. Keseimbangan yang terjadi antara ilmu
pengetahuan dan agama akan membentengi seseorang dalam berperilaku menyimpang, maka
berilah bekal ilmu agama untuk kehidupan hidup di dunia dan akhirat nanti.
Generasi millennial merupakan kumpulan anak yang hebat terbiasa hidup
mandiri dengan kecanggihan teknologi, sehingga mereka bisa melakukan apa saja
yang dia mau. Kebebasan itulah yang apabila tidak dibimbing justru yang bisa
menghancurkan generasi ini, peran orang tua dan lingkungan sangat berpengaruh
untuk membangun karakter anak. Mari kita jadikan perayaan Hari Anak Nasional
2018 menjadi momen kebangkitan dalam revolusi mental anak-anak di Indonesia.
Pemuda bukanlah tempat untuk duduk manis tanpa tak tahu masalah, dialah agen
perubahan yang nantinya akan memberikan tenaga dan pikirannya untuk kemajuan
Negara Indonesia. Teknologi ibarat koin yang memiliki dua sisi, positif maupun
negatif, gunakanlah dengan bijaksana untuk meningkatkan kualitas diri bukan
malah merendahkan harga diri.
Waktu berjalan begitu cepat, terus perbaiki diri jangan bermalas-malasan,
tidak ada pahlawan yang terlahir dari pecandu sosial media tapi mereka terlahir
dari sebuah perjuangan yang keras. Saya bangga berkuliah dijurusan kesehatan
masyarakat bukan karena banyak teman perempuannya, tetapi saya bisa memberikan
ilmu ini bagi orang lain sehingga mereka mampu meningkatkan derajat
kesehatannya sendiri. Saya tahu bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang
bermanfaat bagi orang lain. Terakhir adalah hidup itu pilihan kamu bisa memilih
bagaimana kamu nantinya, berproses untuk mengukir prestasi atau hanya hidup
cuma bermodal sensasi. Sekian dari saya mohon maaf apabila ada kesalahan kata
atau pengetikan yang mungkin menyakiti hati pembaca, karena tidak ada manusia
yang sempurna didunia.
Anugrah Visar Rahman
-Vio-
Wakil Ketua BEM FKM UNAIR 2018
Daftar Pustaka
Adriani, Merryana. 2016. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:
Penerbit Prenadamedia Group.
Anonim.
2016. Sejarah, Makna, & Tema Hari
Anak Nasional. Diakses pada tanggal 7 Juli 2018. Pukul 19.00 WIB.
DEPKES.
2018. Penurunan Masalah Balita Stunting. Tangerang:
Penerbit Persatuan Ahli Gizi Indonesia.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
Prasetyo,
Eko. 2018. Bowo Alpenliebe Yang Sangat
Fenomenal, Siapa Dia dan Kenapa Menjadi Sasaran Pengguna Tiktok. Diakses
pada tanggal 7 Juli 2018. Pukul 09.00 WIB.
Samsudin. 1985. Gizi dan Tumbuh Kembang. Jakarta: Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Suryamin.
2015. Profil Anak Indonesia 2015.
Diakses pada tanggal 10 Juli 2018. Pukul 16.00 WIB.
👍🏻
BalasHapus