Mari mengenal lebih dalam penyakit Rabies


Mari mengenal lebih dalam penyakit Rabies
Oleh : Divisi Litbang ISMKMI Wilayah 3

                   Setiap tanggal 28 september diperingati Hari Rabies Sedunia (World Rabies Day). Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit zoonotik yang bersifat akut yang disebabkan oleh virus kelompok negatif sense single-stranded RNA, golongan Mononegavirales, family Rhabdoviridae, genus Lyssavirus (Priangle, 1991). Rabies merupakan penyakit mematikan baik pada manusia maupun hewan yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang ada didalam tubuhnya mengandung virus.
                   Tahun 2016 terdapat 24 provinsi tertular rabies dari 34 provinsi di Indonesia. Sebanyak sepuluh provinsi lainnya dinyatakan bebas Rabies, lima diantaranya provinsi bebas historis (Papua, Papua Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan NTB) dan lima provinsi dibebaskan (Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Sulawesi Barat). (Data Profil Kesehatan Indonesia, Kementerian Kesehatan RI 2017)
                   Kasus kematian karena rabies (Lyssa) sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 cenderung menurun, namun meningkat kembali pada tahun 2015 menjadi 118 kematian, lalu mengalami penurunan pada tahun 2016, yaitu menjadi 76 kematian. Demikian pula dengan kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) dan kasus digigit yang diberi Vaksin Anti Rabies (VAR) mengalami penurunan pada tahun 2016 yaitu sebesar 56.971 kasus dan 37.102 kasus. (Data Profil Kesehatan Indonesia, Kementerian Kesehatan RI 2017)
                   Sebanyak 98% penyakit rabies yang diderita manusia disebabkan oleh gigitan anjing. Seekor anjing yang terkena rabies akan berubah menjadi agresif dan tidak dapat mengenali majikannya lagi. Anjing yang terkena rabies akan menyerang apapun dan siapapun di dekatnya. Tampak secara fisik, anjing yang terkena rabies terlihat kurus dan kekurangan nutrisi. Faktanya, Indonesia bersama sembilan negara lainnya telah menandatangani  deklarasi ASEAN bebas Rabies pada tahun 2020 di negara Laos, September 2012.
                   Pathogenesa penyakit rabies ini diketemukan kerusakan sel ganglion dari susunan syaraf pusat dan innervasi jantung ikut terganggu, sehingga dapat menyebabkan terjadinya jantung berhenti secara mendadak.
                   Secara klinis, masa tunas anjing berkisar 3 hingga 6 minggu dan terdiri dari tiga stadium  diantaranya:
  1. Stadium waktu yang dibutuhkan virus untuk mencapai Susunan Syaraf Pusat
  2. Stadium waktu sesudah sampai di Susunan Syaraf Pusat, masih membutuhkan waktu lagi untuk dapat menyebabkan gejala penyakit
  3. Stadium terakhir memerlukan waktu 3 hingga 4 x 24 jam dari setelah stadium ke II pada binatang yang infectious
Terdapat tiga stadium gejala timbulnya penyakit antara lain
1.   Gejala Prodromal terdiri dari :
a.    Pada luka gigitan terasa sakit dan anjing selalu menjilat – jilat luka nya
b.    Tidak mau makan, gelisah, selalu berkeliaran dan selalu ingin menggigit (agresif)
2.   Stadium exitasi, terdiri dari :
a.    Sering menelan berbagai benda seperti batu, kayu dan besi. Pada kondisi seperti ini terjadi cramp otot pharynx sehingga jika diberi makan, anjing seringkali tidak mau
b.    Sering mengalami halusinasi, pupil mata melebar dan banyak mengeluarkan air liur.
3.   Stadium paralyse
Terjadinya lumpuh pada anjing
Pada manusia, masa inkubasi berkisar 3 hingga 6 minggu. Gejala yang ditimbulkan tergantung dari besarnya derajat luka gigitan, bagian yang digigit tertutup pakaian atau tidak dan lokasi tempat gigitan yang mana jika dekat syaraf besar akan lebih berbahaya. Stadium yang dilalui oleh manusia yang terkena rabies diantaranya :
1.     Stadium prodromal, terdiri dari :
a.    Merasakan paraesthesi (gringgingan) pada tempat gigitan.
b.    Terjadi demam, tidak dapat tidur dan sering mengalami ketakutan
2.     Stadium excitasi, terdiri dari :
a.    Menderita macam phobia seperti hidrophobi (takut terhadap air karena adanya cramp otot pharynx), Aerophobi (terjadi cramp otot diaphragma), dan Photophobi (takut cahaya)
b.    Timbulnya hypercausi yaitu mudah kaget atau terkejut meski baru mendengar suara yang tergolong pelan
c.    Banyak mengeluarkan air liur
Pada stadium excitasi ini kadang gejala tidak jelas sehingga cenderung diam saja dan dapat meninggal secara mendadak karena akibat berhentinya kerja jantung.
3.    Stadium paralyse berkisar satu hari
Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) yang
wajib diberikan pada seseorang yang selalu berinteraksi dengan hewan berpotensi rabies semisal pengasuh anjing. vaksin juga wajib diberikan pada daerah dengan populasi anjing tinggi yaitu Bali, Sulawesi Barat, Sumatera Utara, Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Sumatera Barat. Selain vaksinasi, rabies juga dapat dicegah dengan melakukan pengawasan  yang ketat terhadap lalu lintas anjing, kucing, kera dan hewan lainnnya yang menjadi tersangka rabies.
Adapun profilaksis penyakit rabies pada manusia yaitu luka dibersihkan dengan larutan Zephiranchlorida 1 % atau air sabun sebanyak tiga kali kemudian dilakukan imunisasi sewaktu masih masa tunas agar tidak timbul gejala penyakit dan sering diberikan serum anti rabies.



Daftar pustaka
www.depkes.go.id diakses 03 November 2017
www.pusdatin.kemkes.go.id diakses 03 November 2017
dr.Kardoyo, M.Kes. 2010. Penyakit Tropik. Sukoharjo : FKM universitas Veteran Bangun Nusantara.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PREVALENSI MENINGKAT SETIAP TAHUNNYA, DIABETES MELITUS TIPE II MENJADI ANCAMAN SERIUS DUNIA

Polusi Suara, Bahayakah ?

Indonesia masuk 10 Negara dengan Penderita TBC Terbanyak