ALL ABOUT MALARIA

ALL ABOUT MALARIA
Oleh    : Divisi Litbang Wilayah 3

World Health Organization mendefiniskan malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Secara global, penyebarannya sangat luas yaitu wilayah antara garis bujur 60° di utara dan 40° di selatan, meliputi lebih dari 100 negara beriklim tropis dan sub tropis. Penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia. (Hakim, 2011)
            Setiap tahun jumlah kasus malaria berjumlah 300 – 500 juta dan mengakibatkan 1,5 sampai dengan 2,7 juta kematian, terutama di Afrika sub Sahara. Asia Selatan dan Asia Tenggara serta Amerika Tengah. Wilayah yang kini sudah bebas malaria adalah Eropa, AmerikaUtara, sebagian besar Timur Tengah, sebagian besar Karibia, sebagian Amerika Selatan, Australia dan Cina. (Hakim, 2011)
            Dewi Susana seorang peneliti menjelaskan bahwa Beban terbesar penyakit malaria berada di provinsi – provinsi  bagian timur Indonesia, dimana malaria merupakan penyakit endemik. Kebanyakan daerah pedesaan di luar Jawa – Bali juga merupakan daerah beresiko malaria. (Irawan,2011)
            Angka kesakitan malaria (Annual parasite incidence) nasional tahun 2010 adalah 2,4%, sedangkan annual parasite incidence Jawa – Bali cukup tinggi yaitu 0,8%. Demikian pula prevalensi malaria pada tahun 2010 yaitu 10,7% meningkat tajam dari tahun sebelumnya. (Purwodianto, 2010)
            Jika berbicara epidemiologi malaria, secara alamiah penularannya terjadi karena adanya interaksi antara agent dalam hal ini parasit plasmodium spp, host definitive dalam hal ini adalah nyamuk Anopheles spp dan host intermediate dalam hal ini adalah manusia. Karena itu, penularan malaria dipengaruhi oleh keberadaan fluktuasi populasi vektor (Anopheles spp) yang salah satunya dipengaruhi oleh intensitas curah hujan, serta sumber parasit plasmodium spp atau penderita disamping adanya host yang rentan. Sumber parasit plasmodium spp adalah host yang menderita positif malaria tinggi, seringkali gejala klinis pada penderita tidak muncul (tidak ada gejala klinis) meskipun parasit terus hidup di dalam tubuhnya. Ini disebabkan adanya perubahan tingkat resistensi manusia terhadap malaria sebagai akibat tingginya frekuensi dengan parasit, bahkan di beberapa negara terjadinya kekebalan ada yang diturunkan emlalui mutasi genetik. (Chwatt, 1980)
            Keadaan ini akan mengakibatkan penderita carrier atau penderita malaria tanpa gejala klinis, setiap saat bisa menularkan parasit kepada orang lain, sehingga kasus baru bahkan kejadian luar biasa malaria bisa terjadi pada waktu yang tidak terduga. Selain penularan secara alamiah, malaria juga bisa ditularkan melalui transfusi darah atau transplasenta dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya.
            KLB ditandai dengan peningkatan kasus yang disebabkan adanya peningkatan populasi vektor sehingga transmisi malaria dan jumlah kesakitan malaria meningkat. Sebelum terjadinya peningkatan populasi vektor, selalu didahului perubahan lingkungan yang berkaitan dengan tempat perindukan potensial seperti luas perairan, flora serta karakteristik lingkungan yang mengakibatkan meningkatnya kepadatan larva. Untuk mencegah KLB malaria, maka peningkatan vektor perlu diketahui melalui pengamatan yang terus menerus. (Hakim, 2011)
            Terdapat beberapa jenis malaria , diantaranya sebagai berikut :
a.    Malaria tropika Disebabkan oleh  Plasmodium falciparum dengan gejala demam yang timbul terus menerus setiap hari. Jenis malaria ini bisa menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian. 
b.    Malaria tertiana Disebabkan oleh Plasmodium vivax dengan gejala demam yang timbul (berulang) setiap 3 hari
c.    Malaria ovale Disebabkan oleh Plasmodium ovale
d.   Malaria Kuartana Disebabkan oleh Plasmodium malariae dengan gejala demam yang timbul (berulang) setiap 4 hari. 
e.    Malaria Knowlesi Disebabkan oleh Plasmodium knowlesi
Siklus hidup parasit malaria dibagi menjadi dua yaitu siklus hidup pada nyamuk dan siklus hidup pada manusia. Siklus hidup pada nyamuk terjadi fase seksual di tubuh nyamuk. Setelah nyamuk Anopheles menghisap darah penderita malaria, gametosit jantan akan mengeluarkan 4 – 8 flagel. Flagel tersebut membantu gametosit jantan untuk bergerak menuju gametosit betina dan membuahinya. Hasil fertilisasi bergerak menembus dinding lambung dan membentuk kista sepanjang dinding lambung nyamuk. Bila kista pecah, akan keluar sprozoit yang akan masuk ke kelenjar liur nyamuk dan siap menginfeksi manusia.
Siklus hidup pada manusia terbagi menjadi dua fase yaitu fase hati dan fase sel darah merah. Dalam fase hati, jika nyamuk Anopheles betina yang infektif menggigit manusia, maka parasit malaria akan ditularkan ke orang tersebut. Parasit akan measuk ke dalam sel hati dengan mengikuti sirkulasi darah. Pada infeksi Plasmodium Falciparum dan Plasmodium Malariae, parasit tumbuh berkembang biak hingga memenuhi seluruh hati dalam kurun waktu 7 – 21 hari. Selanjutnya, sel hati pecah dan parasit masuk ke aliran darah, menginfeksi sel darah merah. Akan tetapi, pada infeksi Plasmodium Vivax dan Plasmodium Ovale, sejumlah parasit tetap berada dalam hati dan tidak berkrmbang biak (dorman).
Fase aseksual dalam sel darah merah terjadi pecahnya merozoit dalam sel hati, sehingga akan membebaskan tropozoit yang selanjutnya menginfeksi sel darah merah. Tropozoit akan berkembag menajdi skizon. Skizon berkembang menjadi merozoit dan pecah membebaskan tropozoit. Siklus ini berlangsung hingga tiga kali. Kemudian sebagian merozoit akan berkembang menjadi bentuk gametosit dan jika terhisap oleh nyamuk Anopheles sp betina siap melakukan perkembangbiakan aseksual didalam tubuh nyamuk.
Gejala – gejala umum yaitu terjadinya trias malaria secara berurutan (malaria proxym)
1.        Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan bergetar, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai satu jam diikuti meningkatnya temperatur.
2.        Periode panas
Wajah penderita terlihat pucat, kulit panas dan kering, nadi cepat dan paans tubuh tetap tinggi hingga 40°C atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retoorbital, muntah muntah, dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin yaitu 2 jam atau lebih dengan diikuti keadaan berkeringat
3.        Periode berkeringat
Penderita berkeringat mulai dari temporal diikuti seluruh tubuh, penderita merasa capek dan sering tertidur. Bila penderita bangun, akan merasa sehat dan dapat mlakukan pekerjaan dengan biasa.
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya, berdasarkan anamnesis,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti infeksi malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secra mikroskopik atau tes diagnostic cepat,
1.        Anamnesis
a.    keluhan utama yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai rasa sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal pegal
b.    riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1 – 4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria
c.    riwayat tinggal didaerah endemik malaria
d.   riwayat sakit malaria
e.    riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
f.     riwayat mendapat transfusi darah
Selain hal hal tersebut diatas, pada tersangka penderita malaria berat, dapat ditemukan keadaan seperti dibawah ini     :
a.                            gangguan kesadraan dalam berbagai derajat
b.                            keadaan umum yang lemah
c.                            kejang – kejang
d.                           panas sangat tinggi
e.                            mata dan tubuh kuning
f.                             perdarahan hidung, gusi atau saluran cerna
g.                            nafas cepat (sesak napas)
h.                            muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
i.                              warna air seni seperti teh pekat dan dapat sampai kehitaman
j.                              jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada
k.                            telapak tangan sangta pucat
2.        Pemeriksaan fisik
a.                   Demah lebih dari sama dengan 37,5°C
b.                  Konjunctiva atau telapak tangan pucat
c.                   Pemeriksaan limpa
d.                  Pembesaran hati

Pada penderita tersangka malaria berat ditemukan tanda – tanda klinis sebagai berikut :
a.    Temperature rectal ≥40°C
b.    Nadi cepat dan lemah
c.   Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan <50 mmHg pada anak anak
d.   Frekuensi napas > 35 kali permenit pada orang dewasa atau > 40 kali permenit pada balita, dan >50 kali permenit pada anak dibawah 1 tahun
e.    Penurunan kesadaran
f.     Manifestasi perdarahan : ptekie, purpura, hematon
g.    Tanda tanda dehidrasi
h.    Tanda tanda anemia berat
i.      Sklera mata kuning
j.      Pembesaran limpa dan atau hepar
k.    Gagal ginjal ditandai dengan oligouria sampai anuria
l.      Gejala neurologik : kaki kuduk, refleks patologis positif
3.        Pemeriksaan laboratorium
a.    Pemeriksaan dengan mikroskopik
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada penderita adalah mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah tepi. Pemeriksaan darah tebal dan tipis untuk menemukan :
1)      Ada atau tidaknya parasit malaria
2)      Spesies dan stadium Plasmodium
3)      Kepadatan parasit
-          Semi kuantitatif
(-)               : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+)             : ditemukan 1 – 10 parasit dalam 100 LPB
(++)           :ditemukan 11 – 100 parasit dalam 100 LPB
(+++)         : ditemukan 1 – 10 parasit dalam 1 LPB
(++++)       : ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
-          Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter pada sediaan darah tebal atau sediaan darah tipis
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
     mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan metode
immunokromatografi dalam bentuk dipstik
c. Tes serologi
   Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibodi baru terbentuk setelah beberapa ahri parasitemia. Titer >1 : 200 dianggap sebagai infeksi baru, dan tes >1:20 dinyatakan positif (Liza, 2009)

     Pencegahan malaria dapat dilakukan dengan A – B – C
A : Awas dan perhatikan : faktor risiko, cara penularan, cara pencegahan, masa inkubasi, gejala dan tanda
B : Biasakan untuk hindari gigitan nyamuk selama didaerah endemis dengan menggunakan kelambu saat tidur, tidak keluar malam, jika terpaksa keluar maka gunakan baju panjang dan terang, pakai lotion anti nyamuk
C :  Cek darah segera ke tenaga kesehatan jika ada gejala demam selama disana sampai 1 bulan setelah kembali dari daerah ende,mis dan sampaikan riwayat perjalanan anda
(Ditjen P2P Kemenkes, 2016)
    Pengendalian malaria di Indonesia yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai tahun 2030. Tahapan eliminasi malaria dibagi menjadi empat tahap yaitu pemberantasan, pre eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan. Tujuan tiap tahap tersebut adalah sebagai berikut

  1. Tahap pemberantasan
Mengurangi tingkat penularan malaria disatu wilayah minimal kabupaten/kota, sehingga pada akhir tahap tercapai SPR < 5%. Sasaran intervensi adalah seluruh lokasi endemis malaria (masih terjadi penularan).

  1. Tahap pre eliminasi
Mengurangi jumlah fokus aktif dan mengurangi penularan setempat di satu wilayah minimal kabupaten/kot, sehingga pada akhir tahap API<1/1000. Sasaran intervensinya fokus aktif (loaksi yang masih terjadi penularan setempat).

  1. Tahap eliminasi
Menghilangkan fokus aktif dan mengurangi penularan setempat di suatu wilayah kabupaten/kota. Sehingga dapat mencegah kejadian kasus penularan setempat (kasus indigenous nol), Sasaran intervensi adalah sisa fokus aktif serta individu kasus indigenous.

  1. Tahap pemeliharaan
Mencegah munculnya kembali kasus dengan penularan setempat. Sasaran intervensinya adalah individu kasus positif, khususnya kasus impor
(Ditjen P2P Kemenkes, 2016)

DAFTAR PUSTAKA
Novita,Liza.2009.Diagnosis dan penatalaksanaan malaria.Riau:Fakultas
Kedokteran Universitas Riau
            Hakim,lukman. 2011. Malaria : Epidemiologi dan Diagnosis. Jurnal Aspirator,
Vol. 3 No. 2. Hal 107 – 116
            Irawan, Anggi. 2012. Pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat di daerah
kejadian luar biasa malaria desa wagirpandan, kecamatan Rowokele, Kabupaten
Kebumen. Jurnal Vektora Vol.IV No.2 Hal 65-74. Salatiga : B2P2VRP
Ditjen P2P.2016.Eliminasi Malaria Indonesia.2016.Jakarta : Dit Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PREVALENSI MENINGKAT SETIAP TAHUNNYA, DIABETES MELITUS TIPE II MENJADI ANCAMAN SERIUS DUNIA

Indonesia masuk 10 Negara dengan Penderita TBC Terbanyak

PENGUMUMAN LULUS OPEN RECRUITMENT PENGURUS ISMKMI WILAYAH 3 TAHAP I